Fakta Pahit di Balik Manisnya Makanan dan Minuman Yang Mengandung Fruktosa

Sirup Jagung Tinggi Fruktosa atau HFCS (High Fructose Corn Syrup) merupakan sirup jagung yang telah mengalami proses enzimatis yang bertujuan untuk menghasilkan kandungan fruktosa dengan presentase tinggi sesuai dengan tingkat kemanisan yang dikehendaki. Semakin tinggi kadar fruktosa maka semakin tinggi angka kemanisan HFCS yang dihasilkan, yang berarti semakin manis.


Sirup Jagung Tinggi Fruktosa (High Fructose Corn Syrup (HFCS)) juga dikenal sebagai Sirup Glukosa-Fruktosa, Sirup Glukosa, Sirup Fruktosa, Glukosa / Fruktosa, Sirup Jagung Tinggi Fruktosa atau Gula Jagung merupakan pemanis buatan / aditif dengan bahan utamanya Jagung Manis berkualitas tinggi yang digunakan dalam ribuan produk makanan, termasuk minuman berkarbonasi (soda), minuman ringan, jus buah, es krim, susu rasa, eggnog, yogurt, permen, biskuit, kue, kukis, saus tomat, sup, saus salat, roti, selai, jeli kerupuk / keripik, produk susu dan makanan penutup yang dibekukan (dessert), makanan kaleng untuk bahan makanan termasuk saus dan bumbu, sereal dan sereal bar, dan banyak makanan olahan lainnya.

HFCS adalah campuran dari fruktosa dan glukosa dan banyak digunakan oleh perusahaan / industri makanan karena lebih murah biayanya daripada memakai gula biasa maupun sukrosa, lebih manis dengan pemakaian sedikit, mudah larut karena berbentuk cair,  dan produk makanan yang dihasilkan bisa lebih tahan lama.

Para ilmuwan telah membuktikan untuk pertama kalinya bahwa gula yang murah yang sering digunakan dalam ribuan produk makanan dan minuman ringan dapat merusak metabolisme tubuh manusia dan memicu terjadinya obesitas. 


Fruktosa, pemanis yang berasal dari jagung, dapat menyebabkan pertumbuhan berbahaya dari sel-sel lemak di sekitar organ vital dan dapat memicu tahap awal diabetes dan penyakit jantung. Jenis gula ini semakin banyak digunakan sebagai pengganti gula yang lebih mahal seperti dalam yoghurt, kue, salad dan sereal. Bahkan beberapa minuman rasa buah yang katanya menyehatkan ternyata mengandung fruktosa.

Para ahli percaya bahwa fruktosa (yang secara alami ditemukan dalam beberapa buah) bisa menjadi faktor timbulnya diabetes pada anak-anak. Dan diperkirakan bahwa sekitar satu dari 10 anak di negara-negara maju akan mengalami obesitas pada tahun 2015.

Penelitian sebelumnya tentang dampak negatif fruktosa dilakukan pada tikus, namun percobaan pertama yang dilakukan pada manusia telah mengungkapkan masalah kesehatan yang serius.

Lebih dari 10 minggu, 16 relawan pada diet yang dikontrol secara ketat, termasuk fruktosa tingkat tinggi, menunjukkan adanya produksi sel-sel lemak baru di sekitar jantung, hati dan organ-organ pencernaan lainnya. Mereka juga menunjukkan tanda-tanda kelainan pengolahan makanan yang dikaitkan dengan diabetes dan penyakit jantung. Sukarelawan kelompok lain dengan diet yang sama, tetapi fruktosa digantikan dengan glukosa, tidak menunjukkan adanya masalah yang berarti bagi kesehatan.

Sukarelawan pada kedua kelompok ini diambil dari orang-orang yang memiliki berat badan yang sama. Namun, para peneliti di University of California yang melakukan penelitian tersebut mengatakan tingkat penambahan berat badan pada konsumen fruktosa akan lebih besar dalam jangka panjang.

Fruktosa bisa melewati proses pencernaan yang memecah gula, sehingga ketika sampai dalam hati komposisi fruktosa tetap utuh. Hal ini akan menyebabkan berbagai reaksi abnormal, termasuk gangguan terhadap mekanisme tubuh yang menginstruksikan organ tubuh apakah membakar atau menyimpan lemak.

Menurut Kimber Stanhope, seorang ahli biologi molekular yang memimpin penelitian, ini adalah bukti pertama bahwa fruktosa menyebabkan diabetes dan penyakit jantung dimana tidak terlihat perubahan tersebut pada sukarelawan yang mengkonsumsi glukosa.

Fruktosa alami terdapat sekitar 5% -10% dari berat semua jenis buah. Penggunaannya dalam makanan olahan berasal dari sebuah penemuan pada 1971 yang disintesis dari 55% fruktosa dan 45% glukosa dari jagung, membuat bahan lebih murah dan enam kali lebih manis daripada gula tebu.

Sirup tinggi fruktosa dari jagung, atau sirup glukosa-fruktosa, terdaftar sebagai bahan dalam banyak produk makanan dan minuman, meskipun hampir tidak mungkin bagi konsumen untuk mengetahui jumlah dan rasio fruktosa yang digunakan. Namun juru bicara Food and Drink Federation, sebuah grup perdagangan industri Inggris, menyangkal dan berkata: "Tidak masuk akal untuk menyorot satu bahan sebagai penyebab obesitas."

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel